Kamis, 19 Februari 2015

Ilmu Sholawat

 SHALAWAT NABI

II.I    Pengertian Shalawat

Shalawat menurut bahasa : Ada dua makna:
1. Do'a dan mendo'akan agar diberkahi.
2. Ibadah
Sebagaimana firman Allah :
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (at-Taubah : 103).[1]

Shalawat menurut syar’i : Shalawat menurut syar’i sebagaimana para ulama memaknainya, diantaranya para mufasirin mereka menyebutkan shalawat adalah pujian kepada nabi nabi r.

Makna shalawat kepada Nabi adalah sebagaimana firman Allah U :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (al-Ahzab : 56)

Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat ini, bahwa Imam Bukhari meriwayatkan, Abu ‘Aliyah berkata : Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada Nabi di sisi Malaikat. Sedangkan shalawat para Malaikat adalah do’a.[2]

Yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa Allah mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukkan seorang hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya di alam tinggi. Yaitu Allah memujinya di sisi para malaikat muqorrobiin, dan para malaikatpun bershalawat kepadanya. Kemudian Allah Umemerintahkan penduduk alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, agar menyatu antara pujian yang di alam atas dan penghuni alam bawah seluruhnya.[3]
“Dengan ayat ini Allah memuliakan Rasul-Nya baik semasa hidup maupun setelah beliau wafat, disebutkan pula kedudukan beliau; selain itu dengan ayat ini pula Allah membersihkan seluruh kesalahan diri dan keluarga beliau. Sehingga, makna shalawat Allah atas beliau adalah rahmat dan ridha-Nya, adapun shalawat dari malaikat adalah do’a dan istighfar, sedangakan shalawat dari umatnya adalah do’a dan menghormati serta mengagungkan perintahnya”, ungkap Imam al-Qurthuby dalam tafsirnya.[4]
Selanjutnya Ibnu Katsir menambahkan bahwa bukan hanya satu ulama’ yang berkata : Shalawat Rabb adalah rahmat sedangkat shalawat malikat adalah istighfar. Diantaranya Ibnu Abbas tsebagaimana yang disebutkan oleh Imam as-Suyuthi dalam tafsirnya bahwasannya Imam Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini: Shalawat Allah kepada Nabi adalah pengampunan-Nya, karena sesungguhnya Allah U tidak bershalawat (berdo’a) melainkan mengampunkan. Adapun shalawat manusia atas Nabi adalah istighfar (permohonan ampun kepada Rabbnya).[5]
Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah & malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bershalawat & salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah & usahanya, sebagai kemuliaan di dunia & di akhirat.”[6]
Banyak pendapat tentang pengertian Shalawat untuk Nabi r, & yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Shalawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yg bershalawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” (Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shahihnya dengan komentar yang kuat) Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yg bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan & bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan & terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang & bersih dari kekurangan & dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi & lebih sempurna.[7]


II.II   Dalil Disyari’atkannya Bershalawat Kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalam

Diantara hak Nabi r yang disyari’atkan Allah U atas umatnya adalah agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Alllah U dan para malaikatNya telah bershalawat kepada beliau r, dan Allah U memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim (mengucapkan salam) kepada beliau.
Allah U berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (al-Ahzab : 56)

Ibnu Abi Hatim, Abu Syaikh dan Ibnu Marduwaih telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa bani isroil berkata kepada Musa u  “Apakah Robbmu bershalawat kepadamu?” Maka Allah berseru kepada Musa, “Wahai Musa jika mereka bertanya kepadamu apakah Robbmu bershalawat kepadamu, maka katakanlah ya! Aku dan para malaikatKu bershalawat kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Ku”. Maka turunlah kepada Rasulullah r ayat ini.[8]

Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat ini, bahwa Imam Bukhari meriwayatkan, Abu ‘Aliyah berkata : Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada Nabi di sisi Malaikat. Sedangkan shalawat para Malaikat adalah do’a.[9]

Ibnu Abbas berkata : “Mereka bershalawat” mereka meminta barakah. Demikian yang dita’liq oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas.[10]

Hal serupa juga disebutkan oleh as-Suyuthi dalam tafsirnya, beliau menyebutkan bahwasannya Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, dan Ibnu Marduwaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maksud dari yusholluuna (mereka bershalawat) adalah yatabarrokuuna (mereka meminta berkah).[11]

Diriwayatkan pula dari Sufyan ats-Tsaury dan ulama semasanya “Sahalawat Rabb adalah rahmat, sedang shalawat malaikat adalah istighfar”.
Dikemukakan oleh Ibnu Abi Hatim dari Atho’ bin Abi Rabah berkata tentang ayat;
                                                                                  إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ

Shalawat Allah adalah sebagaimana firman-Nya “Rahmatku telah mengalahkan kemurkaanku” dan maksud ayat ini adalah Allah mengabarkan kepada hamba-Nya  (Nabi Muhammad) bahwa Dia Umemujinya di sisi  para malaikatnya, sehingga para malaikatpun bershalawat kepadanya, lalu Allah memerintahkan penduduk bumi agar bershalawat dan mengucapkan salam penghormatan kepadanya. Oleh karenanya terkumpulah pujian atas beliau Nabi (Nabi Muhammad) dari penduduk dua alam (alangit dan bumi) tersebut.[12]

Dari ar-Robi’ dari anas mengatakan bahwasannya Allah telah mengagungkan Rasul-Nya, di dunia berupa ditinggikannya nama beliau dan tampak jelas din yang dibawanya di muka bumi dan langgengnya pengamalan syari’at Allah yang dibawanya. Sedangkan di akhirat ialah berupa syafa’at beliau bagi umatnya, besarnya ganjaran baginya, mendapat tempat yang terpuji.[13]
Ibnu Jarir at-Thobari menafsirkan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
Bahwasannya Allah U mengatakn : “Wahai orang-orang yang beriman berdo’alah untuk Nabi Allah Muhammad r.” [14]

Kandungan dari ayat ini bahwasannya Allah mengasihi Nabi-Nya, dan menyeru para malaikat untuk memintakan ampun baginya. Hal itu karena perkataan shalat dalm perkataan arab juga berarti do’a.[15]
Sesungguhnya Allah mengabarkan bahwa dia bershalawat kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di dalam  firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيماً

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (al-Ahzab : 41-43)

Di dalam hadits disebutkan :
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى مَيَامِنِ الصُّفُوْفِ

“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada orang-orang yang berada di shaff (barisan ) sebelah kanan.”[16]

Dalil Dari Hadits
Adapun diantara hadits-hadits yang mensyari’atkan perintah untuk bersholawat kepada Rosulullah r adalah sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : لا تجعلوا بيوتكم ولا تجعلوا قبري عيدا و صلوا عليّ فإنّ صلاتكم تبلغني حيث كنتم

Dari Abu Hurairah t bahwa Rosulullah r bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, bersholawatlah kepadaku karena sesungguhnya ucapan sholawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun kalian berada.” [HR.Abu Daud no.2044 dengan sanad hasan]

Syaikh Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: Beliau r mengisyaratkan dalam hadits tersebut bahwa sholawat dan salam yang diucapkan oleh umatnya akan sampai kepadanya, baik dekat maupun jauh, oleh karena itu tidak perlu bagi kalian untuk menjadikannya (kuburan Rosulullah) sebagai tempat perayaan.[17]
Dalam hadits yang lain disebutkan:
Dari Ka’ab bin Ujroh berkata: tatkala turun ayat:
إنّ الله و ملائكته يصلّون على النّبيّ ياأيها الذين آمنوا صلو عليه و سلّموا تسليما
           
Aku berdiri dan berkata: Salam kepadamu telah kami ketahui, maka bagaimanakah sholawat kepadamu? Beliau bersabda : ucapkanlah:
اللهم صل على محمد و على آل محمد كما صليت على إبراهيم و آل إبراهيم إنّك حميد مجيد و بارك على محمد و على آل محمد كما باركت على إبراهيم و آل إبراهيم إنك حميد مجيد

“Ya Allah berikanlah sholawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan sholawat kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. Ya Allah berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [HR.Tirmidzi][18]
Hadits lain, Imam Ahmad meriwayatkan bahwa ‘Ashim bin ‘Ubaidillah berkata, aku mendengar  ‘Abdullah bin Abi Robi’ah bercerita, bahwa ayahnya berkata, aku mendengar Rosulullah bersabda:
من صلى عليّ صلاة لم تزل الملائكة تصلي عليه ما صلى علي فليقل عبد من ذلك أو أكثر
“Barang siapa yang bersholawat kepadaku satu sholawat, niscaya para malaikat akan bersholawat kepadanya selama dia bersholawat kepadaku, maka seorang hamba berbuat itu sedikit ataupun banyak.”[19]
Dalam hadits yang lain juga disebutkan:
البخيل من ذكرت عنده فلم يصل علي
“Orang yang pelit adalah orang yang aku disebut di sisinya dan dia tidak bersholawat kepadaku.” [HR.Tirmidzi no.3891 dari hadits Sulaiman bin Bilal, kemudian dia berkata: hadits ini ghorib shohih]

Hadits ini dan hadits sebelumnya menjadi dalil bagi wajibnya bersholawat kepada Nabi r. Inilah madzhab sekelompok ulama, di antaranya adalah ath-Thohawi dan al-Halimi. Serta diperkuat oleh hadits-hadits lain di antaranya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bahwa Ibnu Abbas berkata, Rosulullah r bersabda:
من نسي الصلاة علي أخطأ طريق الجنة

“Barang siapa yang lupa bersholawat kepadaku, niscaya dia keliru menuju jalan ke surga.” [20]

Diceritakan dari sebagian ulama’ bahwa diwajibkan bersholawat kepada Rosulullah r sekali seumur hidup, sebagai sikap menjunjung tinggi perintah ayat. Kemudian dianjurkan dalam segala hal. Inilah pendapat yang didukung oleh Qodli Iyadl setelah menceritakan adanya ijma’ tentang kewajiban bersholawat kepada beliau secara global. Dia berkata, at-Thobari menceritakan bahwa kemungkinan ayat ini adalah anjuran dan dia mengklaim adanya ijma’ dalam masalah ini. Dia berkata: “Boleh jadi yang dimaksud adalah yang lebih dari satu kali dan yang wajib adalah yang satu kali tersebut, seperti syahadat kepada Nabi”. Sedangkan yang lebih, merupakan perkara yang dianjurkan dan disenangi di antara sunnah-sunnah islam dan syiar penganutnya. Namun pendapat ini tidak disetujui oleh Imam Ibnu Katsir sebagaimana yang beliau sebutkan dalam tafsirnya, beliau mengatakan: ”(Menurutku) ini adalah pendapat yang aneh karena adanya perintah yang berkenaan dengan kewajiban bersholawat kepada beliau di banyak waktu. Di antaranya ada yang wajib dan ada pula yang dianjurkan”.[21] Wallahu A’lam


II.III  Faedah dan Keutamaan Shalawat Kepada Rasulullah

Sungguh, setiap apa yang Allah U perintahkan sudah sangat pasti Allah U persiapkan pula pahala bagi siapa yang mengamalkannya. Adapun keutamaan dan faedah shalawat kepada Rasulullah rdiantaranya:
1.      Menjalankan perintah Allah.
Sebab, Allah Ta’ala telah berfirman :
إِنَّ اللّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (al-Ahzab : 56)
Oleh karenanya, orang-orang yang bershalawat kepada Nabi r berarti telah mentaati perintah Allah U.

2.      Allah juga bershalawat kepada Rasulullah.
3.      Para malaikat juga bershalawat kepada Rasulullah.
4.      Mendapatkan sepuluh shalawat dari Allah untuk setiap kali satu shalawat kepada Rasulullah r.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Dari abu hurairah bahwasannya Rasulullah r bersabda: barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat  kepadannya  sepuluh kali.”  (HR. Muslim, no. 70, Abu Dawud no. 1532, Tirmidzi no. 487, an-Nasa-I no. 1295, Ahmad no. 9089, 9117, 10558, Ad-Darimi no. 2828 )

5.      Diangkat baginya sepuluh derajat, dan dihapus darinya sepuluh keburukan.
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ

“Abas bin malik berkata, telah bersabda Rasulullah r baranga siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat kepadanya  sepuluh kali dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, diangkat baginya sepuluh derajat.” (HR. an-Nasa-I no. 1296.)

6.      Ditulis baginya sepuluh kebaikan.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ: مَنْ صَلَّى عَلَي مُرَّةً وَاحِدَةً كَتَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسنات

Dari Abu Hurairah t, Rasulullah r bersabda : “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah menulis baginya sepuluh kebaikan.”  (HR. Ahmad no. 7772, 7773)

7.      Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat Rasulullah r.
عَنْ رُوَيْفِعِ بْنِ ثَابِتِ اَلْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r, قَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَقَالَ اَللَّهُمَّ أَنْزِلْهُ الْمَقْعَدَ الْمُقَرَّبَ عِنْدَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِيْ

Dari Ruwaifi’ bin tsabit al-anshari bahwasannya Rasulullah r bersabda : “Barangsiapa yang bershalawat kepada Muhammad dan berkata “Allahumma anzilhul maq’adal muqorrob ‘indaka yaumal qiyamah (ya Allah berilah dia kedudukan yang dekat denganmu di hari kiamat)” maka wajib baginya mendapatkan syafa’atku.” 

8.      Shalawat merupakan sebab diampuninya dosa.
9.      Menjadikan seorang hamba dekat dengan beliau r pada hari kiamat.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ r قَالَ : أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
Dari abdullah bin mas’ud, bahwasannya Rasulullah r bersabda : “Manusia yang paling utama denganku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.”

10.  Shalawat merupakan sebab Allah akan memberikan seorang hamba apa yang dia inginkan.
11.  Menjadi sebab terpenuhinya segala kebutuhan.
12.  Shalawat menjadi sebab seseorang memperoleh  shalawat dari Allah dan para malaikat-Nya. [Al-ahzab : 43]
عَبْدُ اللهِ بْنِ عَمْرٍو يَقُوْلُ مَنْ صَلَّى عَلَى رَسُوْلِ اللهِ r صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَمَلَائِكَتُهُ سَبْعِيْنَ صَلَاةً فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ

“Abdullah bin ‘amru berkata, barangsiapa yang bershalawat kepada Rasulullahr satu kali, niscaya Allah dan para malaikat-Nya akan bershalawat kepadanya tujuh puluh kali.”

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا صَلَّى عَلَيَّ فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu shalawat, niscaya para malaikat akan bereshalawat kepadanya selama dia bershalawat kepadaku. Maka seorang hamba berbuat itu sedikit ataupun banyak.”
13.  Ia merupakan pensuci dan pembersih bagi orang yang bershalawat.
14.  Shalawat merupakan sebab kabar gembira seorang hamba dengan surga sebelum dia wafat.
15.  Menjadi sebab selamat dari malapetaka pada hari kiamat.
16.  Menjadi sebab baiknya sebuah majlis.
17.  Menjadi sebab seorang hamba ingat terhadap apa yang dia sedang lupa.
18.  Dengan bershalawat menjadikan sebab hilangnya kefaqiran.
19.  Menghilangkan sifat bakhil dalam diri seorang hamba.
20.  Merupakan pensukses do’a, dan menjadi hina jika ditinggalkan dalam do’a.
21.  Menempatkan pelakunya ke jalan surga, dan melemparkan orang yang meninggalkannya dari jalan surga.
22.  Menyelamatkan dari buruknya majlis yang tidak menyebut di dalamnya nam Allah.
23.  Menjadi sebab sempurnanya kalam yang dimulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Rasul-Nya.
Menjadi penerang seorang hamba tatkala berada di atas shiroth.
24.  Mengeluarkan seorang hamba dari kerasnya hati.
25.  Menjadi sebab langgengnya pujian Allah terhadap orang yang bershalawat diantara para penghuni langit dan bumi.
26.  Menjadi sebab meraih rahmat Allah.
27.  Menjadikan sebab kekalnya cinta kepada Rasululllah r dan terus menambah cinta tersebut.

Demikian diantara sekian banyak faedah yang akan diperoleh oleh orang yang bershalawat

Jumat, 13 Februari 2015

ILMU

Ilmu Pengetahuan dan Kebodohan (bag.I)
Oleh :M. Faizal Pratama
1. تَعَلَّمُوْاالْعِلْمَ ، فّإِنَّ تَعَلُّمُهُ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَتَعْلِيْمَهُ لِمَن ْ لاَ يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَإِنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِى مَوْضِعِ الشَّرَفِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالْعِلْمُ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ . (الربيع)
“Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)

2. يَا أَبَاذَرٍّ ، لَأَنْ تَغْدَوْا فَتُعَلِّمَ اَيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَّكَ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ ، وَلَأَنْ تَغْدُوْا فَتُعَلِّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ عُمِلَ بِهِ اَوْ لَمْ يُعْمَلْ ، خَيْرٌ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ . (ابن ماجة)
“Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu dari pada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat seribu rakaat.” (HR. Ibn Majah)
3. تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ وَتَعَلَّمُوْا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةَ وِالْوَقَارَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ . (الطبرانى)
“Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Al-Thabrani)
4. لاَ تَعَلَّمَوْ ا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوْا بِهِ الْعُلَمَاءَ ، وَلاَ لِتُمَارُوْا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَجْتَرِثُوْابِهِ فِى الْمَجَالِسِ اَوْ لِتَصْرِفُوْا وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْكُمْ ، فَمَنْ فَعَلَ ذَالِكَ فَالنَّارَ فَالنَّارَ . (الترمذى وابن ماجة)
“Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam mejelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka…neraka. (HR. Al-Tirmidzi dan Ibn Majah)
5. مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا ، سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طِرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ . (أبو داود)
“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surge.” (HR. Muslim)
6. مُجَالَسَةُ الْعُلَمَاءِ عِبَادَةٌ . (الديلمى )
“Duduk bersama para Ulama adalah ibadah.” (HR. Al-Dailami)
7. إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا ، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللَّهِ ، وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : مَجَالِسُ الْعِلْمِ . (الطبرانى)
“Apabila kamu melewati taman-taman surge, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi SAW menjawab,”majelis-majelis ta’lim.” (HR. Al-Thabrani)
8. مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ . (أبو داود)
“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan dating pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR. Abu Dawud)
9. اَلْعَالِمُ إِذَا أَرَادَ بِعِلْمِهِ وَجْهَ اللَّهِ تَعَالَى هَابَهُ كَلُّ شَيْئٍ ، وَاِذَا اَرَادَ أَنْ يَكْنِزَ بِهِ الْكُنُوْزَ هَابَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ . (الديلمى)
“Seorang alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhoan Allah maka ia akan ditakuti oleh segalanya, dan jika dia bermaksud untuk menumpuk harta maka dia akan takut dari segala sesuatu.” (HR. Al-Dailami)


Ilmu Pengetahuan dan Kebodohan (bag.II)
Oleh : Ihsan Faisal, M.Ag
10 . إِنِّى أَخَافُ عَلَى اُمَّتِيْ أَعْمَالاً ثَلاَثَةً : زَلَّةُ عَالِمٍ ، وَحُكْمُ جَائِرٍ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ . ( الشهاب)
“Yang aku takuti terhadap umatku ada tiga perbuatan, yaitu kesalahan seorang ulama, hokum yang zalim, dan hawa nafsu yang diperturutkan.” (as-Syihaab)
11 . إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللَّهُ بِعِلْمِهِ . ( البيهقي )
“Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat.” (al-Baihaqy)
12. إِذَا رَأَيْتَ الْعَالِمَ يُخَالِطُ السُلْطَانَ مُخَالَطَةً كَثِيْرَةً ، فَاعْلَمْ بِأَنَّهُ لِصٌّ . ( الديلمى )
“Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketauhilah bahwa dia adalah pencuri.” (al-Daylami)
13. اَلْعَالِمُ بِغَيْرِ عَمَلٍ كَالْمِصْبَاحِ يَحْرِقُ نَفْسَهُ . ( الديلمى )
“Seorang ulama yang tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (berarti amal perbuatan harus sesuai dengan ajaran-ajarannya) (al-Daylami)
14. إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ ، إِكْرِامَ الْعِلْمِ وَ الْعُلَمَاءِ ، وَذِى الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ ، وَإِكْرَامَ حَمَلَةَ الْقُرْاَنِ وَ أَهْلِهِ ، وَ إِكْرَامَ السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ . ( ابوداود والطوسى )
“Termasuk mengagungkan Allah ialah mengormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al-Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil (Abu Dawud, dan al-Thusiy)
15. اِنَّ اللَّهَ لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ اَنْتِزَاعًا يَنْتَزْعُهُ مِنَ النَّاسِ ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ ، حَتَّى اِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا ، اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤَسَاءَ جُهَّالاً ، فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا . ( متفق عليه )
“Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia diberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan (Bukhari , Muslim)
16. قَلِيْلُ الْعِلْمِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرِ الْعِبَادَةِ ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ فِقْهًا إِذَا عَبَدَ اللَّهَ وَكَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلاً إِذَا أُعْجِبَ بِرَأْيِهِ . ( الطبرانى )
“Sedikit ilmu itu lebih baik dari banyak ibadah, cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri.” (Al-Thabraniy)
17. تَجَاوَزُوْا عَنْ ذَنْبِ السَّخِيِّ وَزَلَّةِ الْعَالِمِ وَسَطْوَةِ السُّلْطَانِ الْعَادِلِ ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى اَخِذٌ بِيَدِهِمْ كُلَّمَا عَثَرَعَاشِرٌ مِنْهُمْ . ( البخارى )
“Maafkanlah dosa orang yang murah hati, kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa yang adil. Sesungguhnya Allah Ta’ala membimbing mereka apabila ada yang tergelincir.” (Bukhari)
18. تَنَاصَحُوْا فِى الْعِلْمِ ، وَلاَ يَكْتُمْ بَعْضُكُمْ بَعْضُا ، فَإِنَّ خِيَانَةً فِى الْعِلْمِ أَشَدُّ مِنْ خِيَانَةٍ فِى الْمَالِ . ( ابو نعيم )
“Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berkhianat dalam harta.” (Abu Nu’ai)